Dari sekian banyak
elemen yang ada, menurut gue elemen yang paling kuat adalah waktu. Eh tapi
waktu itu elemen atau bukan ya? Ya pokoknya waktu lah yang menurut gue sangat
digdaya. Saking saktinya, waktu jadi sesuatu yang sangat, atau bahkan, paling
berharga.
Buktinya, setau gue
cuma waktu yang di-highlight dalam kitab suci. “Demi masa (waktu).” Itu
semakin meyakinkan gue bahwa waktu memanglah bernilai.
Makanya, kalau gue
dikasih kesempatan buat milih kekuatan super yang bisa gue dapatkan, gue pasti
akan memilih buat bisa mengendalikan waktu. Semua kekuatan, mau itu kuat kayak
Superman, banyak duit kayak Iron Man, atau sekadar punya selera humor dan kehidupan
cinta yang ngenes kayak Spider-Man, semuanya nggak berarti kalau waktu
dihentikan. Mereka semua tunduk kepada waktu.
Dari sekian masa yang
sudah gue habiskan selama gue hidup di dunia ini, menghirup napas di sini, dan
secara rakus memanfaatkan intisari bumi ini, gue belajar beberapa hal yang
semoga dengan benar gue pahami dari waktu.
Gue
percaya waktu itu menyembuhkan
Ditinggalkan dia yang
berharga. Dicampakkan dia yang dicinta. Di-tidak-acuh-kan mereka yang sudah
kamu beri semua. Hal-hal di atas cuma berakhir menimbulkan luka.
Mengejutkannya, semua
itu bisa sembuh. Memang sih, banyak alasan buat nyembuhin luka-luka kayak gitu,
misalnya dengan alasan jatuh cinta lagi, dengan alasan sudah merelakan, atau
bahkan sekadar karena sudah lupa. Tapi dari ketiga hal itu, ada waktu yang jadi
elemen penting.
Kita nggak akan pernah
tau akan dapet kesempatan untuk jatuh cinta lagi apa nggak. Kita nggak pernah
menduga akan bisa merelakan. Kita nggak pernah bisa menerka apa bisa melupakan.
Semuanya nggak akan kita tau kalau nggak dikasih kesempatan.
Kesempatan itu butuh
waktu
Kalau
nggak menyembuhkan, minimal waktu itu menyadarkan
Butuh waktu untuk
akhirnya sadar bahwa seseorang begitu berharga. Biasanya setelah mereka
benar-benar pergi. Kadang itu butuh waktu berbulan-bulan, atau bahkan
bertahun-tahun.
Tapi karena waktu
itulah, dia membiarkan bukti-bukti sedikit demi sedikit bermunculan. Mencuat ke
permukaan. Bukti bahwa yang kamu rasakan itu sayang beneran atau cuma
penasaran. Bukti bahwa sebenarnya yang kamu butuhkan adalah orang itu. Bukti
bahwa sesungguhnya kamu bisa merelakan. Bukti bahwa sejatinya cinta itu harus
memiliki, atau direlakan sama sekali.
Butuh waktu untuk tau
yang dirasakan dan pernah diucapkan dengan manis itu… benar-benar cinta, atau
cuma dusta
Dan berapa waktu yang
dibutuhkan? Nggak ada yang bisa mengira. Cuma waktu yang tau.
Waktu
adalah penguji yang teruji
Semua ucapan, semua
tindakan, semua harapan, semua angan-angan, bahkan sepertinya semua hal di
dunia ini harus melewati ujian. Dan waktu seringkali menyajikan ujian yang
nggak bisa ditahan.
Nggak ada yang lebih
meyakinkan dari sesuatu/seseorang yang sudah lulus diuji oleh waktu. Semua
omong kosong berbalut manis yang keluar semasa kasmaran, semuanya cuma bisa
dibuktikan oleh waktu melewati ujian.
Sayangnya, kita
sebagai manusia sering terlalu nggak sabaran. Menyimpulkan dan mengambil
keputusan padahal yang dibutuhkan cuma sabar dan kebijaksanaan.
Akhir dari meremehkan
waktu –yang tak bisa ditarik kembali– adalah penyesalan
Lagi-lagi, dalam hal
penyesalan sekalipun, yang paling berperan adalah sang waktu.
Biarkan apa pun yang
mendatangi kamu diuji oleh waktu sebelum memutuskan itulah yang tepat, atau
cuma selewat.
with LOVE :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar